Om Swastyastu,salam rahayu
semuanya kali ini Asta Kosala Kosali jalan-jalan ke bali timur tepatnya di desa
Ababi, kecamatan Abang, kabupaten Karangasem. Tempat wisata yang disinggahi
kali ini sudah sangat terkenal bernama Objek Wisata Taman Tirta Gangga. Sebenarnya
ini kali keduanya penulis ke tempat ini, tujuan utamanya adalah ke Pura Madue
Karang, Pura Beji sansit dan Pura Ponjok Batu kebetulan jalanya satu arah maka
penulis memutuskan untuk singgah kembali karena tempat ini memang indah dan
tidak bosan untuk dikunjungi.
Perjalanan Ke Tirta Gangga.
Perjalanan melewati jalan Prof. Ida Bagus Mantra, berpapasan dengan
Pura Goa Lawah dan Candi Dasa dengan waktu tempuh kira-kira 1,5 jam perjalanan. Lokasi tempat ini sangat
mudah ditemukan, bertempat di pinggir jalan ditandai dengan berderetnya bus-bus
pariwisata yang memang tempat ini merupakan salah satu primadona pariwisata
daerah karangasem.
Langsung saja setelah bayar
tiket, masuk ke tempat ini yang pertama menjadi perhatian adalah ikannya yang
gemuk, dan besar-besar. Karena seringnya kontak dengan manusia membuat ikan
yang berwarna-warni ini menjadi jinak. Selain itu di tempat ini juga terdapat
banyak patung dan jembatan batu yang terpisah mengelilingi kolam.
Di tempat ini juga terdapat
pohon-pohon besar yang sudah berumur tua dan yang paling spesial adalah tempat
kolam pemandian alami yang airnya langsung berasal dari sumber mata air yang
terasa segar. Mandi di sini memberikan
kesan yang berbeda karena tempat yang dikelilingi oleh sawah-sawah dan pepohonan
dan di dasar kolam berupa tanah sehingga kesan alami sangat terasa. Jika ke
tempat ini jangan sampai ketinggalan kesempatan untuk mandi di tempat ini, biar
tidak menyesal.
Setelah menikmati semuanya, duduk
di sebelah patung naga sambil mencari-cari sejarah tentang tempat ini dan ini
yang penulis dapat kumpulkan:
Taman Tirta Gangga Karya
Otodidak Raja Karangasem.
Taman Tirta Gangga dibangun pada tahun 1922 oleh raja karangasem yang
pada waktu itu menjabat, yakni Anak Agung Agung Anglurah Ketut Karangasem
(1808-1941) (I Gusti Bagus Jelantik). Selain taman ini beliau juga membangun
Taman Sokasada Ujung yang letaknya tidak jauh dari taman ini. Taman ini di
bangun untuk kesepuluh anak bliau dan kemudian dijadikan druwe tengah atau
milik bersama lalu pada tahun 1981 pengelolaan taman ini diserahkan kepada Dr.
Anak Agung Made Djelantik. Dr A.A.M Djelantik merupakan raja terakhir Puri
Karangasem Anak Agung Anglurah Ketut Djelantik.
Taman Tirta Gangga Berasitektur
Barat.
Taman tirta gangga dibangun terinspirasi setelah perjalanan Raja berkeliling
istana Versaille di Perancis. Perancangan taman ini merupakan perpaduan dari
konsep arsitektur Eropa, Cina dan Arsitektur lokal. Taman ini memiliki konsep
yang sama dengan arsitektur Taman Sokasada Ujung. Taman ini menggunakan media
air sebagai konsep terwujudnya kedua taman tersebut.
Pemugaran Kembali Taman Tirta
Gangga
Pada saat meletusnya Gunung Agung pada tahun 1963 yang berakibat pada
rusaknya beberapa bagian pada taman ini. Kemudian pada tahun 1981 oleh
pemerintah saat itu dipugar atau diperbaiki kembali tapi tetap mempertahankan
struktur taman sebelumnya yang akhirnya dibuka untuk umum dan dijadikan objek
wisata.
Pada pertama kali dibangun taman ini dinamakan Rejasa yang kemudian
berubah menjadi Tirta Gangga. Dilihat dari penulisanya Taman Tirta Gangga dapat
diartikan menjadi “tirta” (air suci) sedangkan “Gangga” (nama sungai terbesar
di india yang airnya disucikan oleh masyaakat hindu india) jadi bisa diartikan
adalah air suci sungai Gangga. Penamaan ini memang tepat karena masyarakat
sekitar mempercayai bahwa air yang keluar dari pohon Banyan. Disini terdapat
mata airyang dianggap suci oleh masyarakat sekitar yang biasa dijadikan tirta
untuk upacara, air minum masyarakat dan untuk mengairi sawah sekitar.
Meru Tumpang Solas Icon Taman
Tirta Gangga
Setiap tempat wisata pasti memiliki ikon yang menjadi daya tariknya,
begitu juga hal dengan Taman Tirta Gangga, yang menjadi ikonya adalah meru
tumpang solas (sebelas) atau atap bertumpang atau bertumpuk sebelas yang
biasanya terdapat di pura. Menara ini menyerupai kuncup bunga teratai dengan
ketinggian sekitar 10 meter, dan dari puncak menara keluar air yang mengalir
dan berjatuh melewati sebelas susunan tumpang ini. Hal ini menjadikan menara
ini tampak indah apalagi jika disinari cahaya matahari yang membuat airnya
menjadi berkilauan.
Akhir dari perjalanan ini terima kasih sudah membaca,semoga dapat memberikan informasi yang diinginkkan, maaf jika ada hal yang salah dalam penulisan atau kesalahan apapun, saran dan komentar pembaca diperlukan untuk mmembangun blog ini menjadi lebih baik, Om Shanty, shanty, Shanty om.
indah banget wisatanya, pengen banget maen kesana
BalasHapus