Senin, 04 April 2016

Taman Tirta Gangga Karya Otodidak Raja Karangasem

Om Swastyastu,salam rahayu semuanya kali ini Asta Kosala Kosali jalan-jalan ke bali timur tepatnya di desa Ababi, kecamatan Abang, kabupaten Karangasem. Tempat wisata yang disinggahi kali ini sudah sangat terkenal bernama Objek Wisata Taman Tirta Gangga. Sebenarnya ini kali keduanya penulis ke tempat ini, tujuan utamanya adalah ke Pura Madue Karang, Pura Beji sansit dan Pura Ponjok Batu kebetulan jalanya satu arah maka penulis memutuskan untuk singgah kembali karena tempat ini memang indah dan tidak bosan untuk dikunjungi.

Perjalanan Ke Tirta Gangga.
Perjalanan melewati jalan Prof. Ida Bagus Mantra, berpapasan dengan Pura Goa Lawah dan Candi Dasa dengan waktu tempuh kira-kira  1,5 jam perjalanan. Lokasi tempat ini sangat mudah ditemukan, bertempat di pinggir jalan ditandai dengan berderetnya bus-bus pariwisata yang memang tempat ini merupakan salah satu primadona pariwisata daerah karangasem.

Langsung saja setelah bayar tiket, masuk ke tempat ini yang pertama menjadi perhatian adalah ikannya yang gemuk, dan besar-besar. Karena seringnya kontak dengan manusia membuat ikan yang berwarna-warni ini menjadi jinak. Selain itu di tempat ini juga terdapat banyak patung dan jembatan batu yang terpisah mengelilingi kolam.

Di tempat ini juga terdapat pohon-pohon besar yang sudah berumur tua dan yang paling spesial adalah tempat kolam pemandian alami yang airnya langsung berasal dari sumber mata air yang terasa segar.  Mandi di sini memberikan kesan yang berbeda karena tempat yang dikelilingi oleh sawah-sawah dan pepohonan dan di dasar kolam berupa tanah sehingga kesan alami sangat terasa. Jika ke tempat ini jangan sampai ketinggalan kesempatan untuk mandi di tempat ini, biar tidak menyesal.

Setelah menikmati semuanya, duduk di sebelah patung naga sambil mencari-cari sejarah tentang tempat ini dan ini yang penulis dapat kumpulkan:

Taman Tirta Gangga Karya Otodidak Raja Karangasem.
Taman Tirta Gangga dibangun pada tahun 1922 oleh raja karangasem yang pada waktu itu menjabat, yakni Anak Agung Agung Anglurah Ketut Karangasem (1808-1941) (I Gusti Bagus Jelantik). Selain taman ini beliau juga membangun Taman Sokasada Ujung yang letaknya tidak jauh dari taman ini. Taman ini di bangun untuk kesepuluh anak bliau dan kemudian dijadikan druwe tengah atau milik bersama lalu pada tahun 1981 pengelolaan taman ini diserahkan kepada Dr. Anak Agung Made Djelantik. Dr A.A.M Djelantik merupakan raja terakhir Puri Karangasem Anak Agung Anglurah Ketut Djelantik.

Taman Tirta gangga
Taman Tirta gangga 

Taman Tirta Gangga Berasitektur Barat.
Taman tirta gangga dibangun terinspirasi setelah perjalanan Raja berkeliling istana Versaille di Perancis. Perancangan taman ini merupakan perpaduan dari konsep arsitektur Eropa, Cina dan Arsitektur lokal. Taman ini memiliki konsep yang sama dengan arsitektur Taman Sokasada Ujung. Taman ini menggunakan media air sebagai konsep terwujudnya kedua taman tersebut.

Pemugaran Kembali Taman Tirta Gangga
Pada saat meletusnya Gunung Agung pada tahun 1963 yang berakibat pada rusaknya beberapa bagian pada taman ini. Kemudian pada tahun 1981 oleh pemerintah saat itu dipugar atau diperbaiki kembali tapi tetap mempertahankan struktur taman sebelumnya yang akhirnya dibuka untuk umum dan dijadikan objek wisata.

Pada pertama kali dibangun taman ini dinamakan Rejasa yang kemudian berubah menjadi Tirta Gangga. Dilihat dari penulisanya Taman Tirta Gangga dapat diartikan menjadi “tirta” (air suci) sedangkan “Gangga” (nama sungai terbesar di india yang airnya disucikan oleh masyaakat hindu india) jadi bisa diartikan adalah air suci sungai Gangga. Penamaan ini memang tepat karena masyarakat sekitar mempercayai bahwa air yang keluar dari pohon Banyan. Disini terdapat mata airyang dianggap suci oleh masyarakat sekitar yang biasa dijadikan tirta untuk upacara, air minum masyarakat dan untuk mengairi sawah sekitar.

Meru Tumpang Solas Icon Taman Tirta Gangga
Setiap tempat wisata pasti memiliki ikon yang menjadi daya tariknya, begitu juga hal dengan Taman Tirta Gangga, yang menjadi ikonya adalah meru tumpang solas (sebelas) atau atap bertumpang atau bertumpuk sebelas yang biasanya terdapat di pura. Menara ini menyerupai kuncup bunga teratai dengan ketinggian sekitar 10 meter, dan dari puncak menara keluar air yang mengalir dan berjatuh melewati sebelas susunan tumpang ini. Hal ini menjadikan menara ini tampak indah apalagi jika disinari cahaya matahari yang membuat airnya menjadi berkilauan.



Akhir dari perjalanan ini terima kasih sudah membaca,semoga dapat memberikan informasi yang diinginkkan, maaf jika ada hal yang salah dalam penulisan atau kesalahan apapun, saran dan komentar pembaca diperlukan untuk mmembangun blog ini menjadi lebih baik, Om Shanty, shanty, Shanty om.


1 komentar: