Om swastyastu,
Dalam perjalanan kali ini,
bertepatan dengan Odalan di Pura Agung Besakih penulis melakukan
persembahyangan ke empat pura yang lokasinya berdekatan dengan areal Pura Agung
Besakih. Perjalanan keempat pura ini disesuaikan dengan urutan yang paling
bawah yaitu dari dimulai dari Pura Ulun Kulkul kemudian ke selatan menuju PuraGoa raja di bagian bawah dilanjutkan ke Pura Agung Besakih dan yang terakhir
baru ke Pura Gelap karena posisi pura yang berada di atas Penataran Agung
Besakih.
![]() |
Pura Gelap |
Untuk menuju ke pura ini tidaklah sulit,
tinggal mengikuti tangga yang berada di sebelah selatan Penataran Pura Agung
Besakih sampai beberapa tangga nanti kita akan melihat pura yang berdiri dengan
megah di puncak bukit. Naik sedikit anak tangga lagi sampai ke Kori Agung atau
Candi Kurung, istirahatkan diri sebentar dan tengok lah kebelakang dan
waaaaahh... nikmati surga dari atas ketinggian Pura Gelap.
Mauk ke dalam melewati candi
Bentar disambut dengan Meru TumpangTiga yang merupakan Pelinggih utama di pura
ini, dengan balutan “memutih” atau serba putih.
Sambil menunggu giliran
untuk bersembahyang penulis mencoba
mencari tahu tentang sejarah dan keberadaan Pura Gelap ini, dan beberapa hal
yang penulis dapat semoga bermamfaat bagi pembaca.
Pura Gelap Termasuk Dalam Catur Loka Pala.
Terdapat empat pura yang disebut
dengan Pura Catur Dala atau Catur Loka Pala yaitu Pura Ulun Kulkul, Pura Gelap,
Pura Batu Madeg, dan Pura Kiduling Kreteg. Catur Loka Pala adalah sebuah konsep
pemujaan terhadap Tuhan sebagai pelindung alam semesta. Catur Loka Pala ini
merupan simbolis dari ke empat arah mata angin yaitu:
1. Pura Kiduling Kreteg berada di sebelah Timur (Purwa).
3. Ada Pura Ulun Kulkul di bagian
Barat (Pascima).
Pelinggih Meru Tumpang Tiga Pura Gelap.
Pelinggih utama di pura ini
adalah Meru Tumpang Tiga selain itu terdapat Padma, Lingga Ciwa, Bebaturan
Sapta Petala, Bale Gong dan Bale Pewedan.
Meru Tumpang Tiga dalam Lontar
Tutur Kuturan merupakan bentuk meru yang pertama kali dikenalkan oleh Ida
Bhatara Mpu Kuturan pada abad ke-11. Tingkat tiga pada meru ini memiliki makna
Uttpi (kelahiran), Sititi (kehidupan) dan Pralina (kematian). Bangunan meru
simbolis dari Sang hyang Widhi sebagai Ongkara atau Kemahakuasaan.
Pura Gelap Berstananya Hyang Iswara.
Pelinggih Meru Tumpang Tiga di
Pura Gelap merupakan Stana dari Hyang Iswara, tidak heran jika Pengangge di
Pura ini sarwa putih atau serba putih karena di dalam Dewata Nawa Sanga, Hyang
Iswara disimboliskan dengan warna putih. Piodalan di pura ini jatuh pada soma
kliwon wariga dan purnama sasih karo.
Pura Gelap Tempat Membangkitkan Sinar Suci Dalam Diri.
Pura Gelap ini pada jaman dahulu
digunakan sebagai tempat meditasi bagi seorang Pandita atau orang suci yang
ingin membangkitkan kesucian dalam dirinya atau pun orang biasa yang ingin
menjadi seorang Pandita.
Nama Gelap di pura ini bukan
berarti tanpa cahaya tetapi sebaliknya nama Gelap diambil dari kata klap yang
berarti cahaya. Pura ini merupakan pusat
dari sinar Bhuana Agung atau alam semesta. Sama halnya dengan Pura Lempuyang
yang juga merupakan stana dari Hyang Iswara.
Pembangunan pura ini juga
dilakukan karena dahulu terdapat sinar atau cahaya yang jatuh dari langit tepat
di pura ini sekarang berada.
Sampai disini karena sekarang
giliran penulis untuk bersembahyang, semoga bermamfaat bagi pembaca dan
tertarik untuk bersembahyang di pura ini.
Om
Shanty, Shanty, Shanty, Om.
Renungan hari ini:
Maksudnya: Tuhanlah yang menciptakan seluruh alam, Tuhan sebagai perwujudan utpati, sthiti dan pralina yang tanpa awal, pertengahan dan akhir. Beliau semuanya mengendarai garuda.
Renungan hari ini:
Utpati sthiti linakyam
Lokanang kreta karanah
Anadhi madhyani dhanah.
Sarve garudha vahanah.
(Bhuwana Kosa.IV.33)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar