Rabu, 20 April 2016

Kisah Waraha Awatara di Masa Satyayuga

Di masa Satyayuga di dalam Kitab Warahapura dan Purana dikisahkan Dewa Wisnu yang turun ke Dunia untuk menyelamatkan alam semesta. Dewa Wisnu yang turun ke dunia dengan berbagai wujud disebut dengan Awatara atau Avatar. Awatara yang pertama muncul di masa Satyayuga adalah Matsya Awatara, Kurma Awatara, Waraha Awatara dan Narasimha Awatara.

Di artikel sebelumnya penulis sudah membahas tentang Awatara sebelumnya bisa baca disini:

Matsya Awatara


Waraha Awatara
varaha awatara
varaha awatara

Waraha atau Varaha Awatara merupakan Awatara Dewa Wisnu yang ketiga, yang digambar dalam wujud seekor babi yang keluar dari hidung Dewa Brahma, membawa bumi dengan kedua taringnya bersenjatakan gada mengangkat bumi yang tenggelam di samudra alam semesta bernama Garbhodaka.

vasati dasana-sikhare dharani tava Lagna 
sasini kalanka-Kaleva nimagna 
Kesava dhrta-Sukara-rupa jaya jagadisa hare 
(Jayadeva ini dasawatara Stotra)

"O Kesava! O Tuhan Agung yang telah diasumsikan bentuk babi hutan! Ya Tuhan! bumi bertumpu pada taring Anda, dan tampaknya seperti bulan terukir dengan bintik-bintik."

Kenapa Dewa Wisnu sebagai Awatara yang berwujud sebagai Seekor Babi Hutan?? Tentu ada alasanya, mari simak kisah berikut ini

Kedatangan Putra Dewa Brahma
Awal kisah dimulai dari kedatangan empat anak telanjang berjalan menuju ke Vaikunta untuk bertemu dengan Dewa Wisnu. Dua penjaga Jaya dan Vijaya yang melihat keganjilan ini, menghentikan anak-anak itu untuk masuk ke Vaikunta.

'Buka!' yang termuda di antara mereka mengatakan. "Kami ingin melihat Tuhan. '

“Tidak’ Dewa Wisnu sedang beristirahat” sahut Jaya dan Vijaya.

“Kami sudah melakukan perjanjian” jawab anak lainya dengan cepat.

“Tidak’ Dewa sedang beristirahat” tangkas Jaya dan Vijaya.

Keempat anak yang tampak tertua menatapnya sengit, "Apakah Anda tahu siapa kita? Saya Sanaka. Itulah Sanatana, Sanandana dan sanatkumara, Anda tahu siapa kami?? Kami adalah Kumaras, Anak Dewa Brahma” tegas Sanaka

Anak-anak  Brahma yang sangat marah kemudian mengutuk Jaya dan Vijaya,  Lanjut Sanaka “ Anda bukan lagi Dewa. Anda akan lahir di bumi sebagai manusia biasa dan hidup seperti orang biasa ...” “Anda begitu dekat dengan Dewa, Maka anda akan lahir ke dunia dengan Kama, Kroda, dan Mada untuk melawan Dewa Wisnu".!!

kumaras mengutuk jaya dan vijaya
kumaras mengutuk jaya dan vijaya

Dan beberapa saat kemudian Dewa Wisnu keluar, meminta maaf kepada anak-anak Dewa Brahma atas perilaku dari Jaya dan Vijaya, tetapi kutukan terlanjur terucap, kutukan akan dicabut ketika Jaya dan Vijaya dalam bentuk manusia mati di tangan Dewa Wisnu. Terdiam sejenak kemudian Dewa Wisnu memberikan jalan terbaik untuk Jaya dan Vijaya.

“sebagai musuh??..kutukan macam apa ini?? bagaimana kami mempunyai pikiran untuk memusuhi anda Dewa..” sela Jaya dan Vijaya

Dewa Wisnu tersenyum,”Apakah anda tahu, anda lebih memikirkan musuh dari pada teman-teman anda,  dengan menjadi musuh’… maka kalian akan selalu memikirkan tentang diri saya”.

Jaya dan Vijaya tidak mempunyai pilihan selain untuk menyetujui ini. Kedua penjaga ini kemudian lahir sebagai saudara kembar bernama Hiranyakashyap (hirayakasipu) dan Hiranyaksha (hiranyaksa).

Anugrah Dewa Brahma
Hiranyaksa adalah adik dari Hirayakasipu yang merupakan Asura yang berasal dari bangsa Aditya, Hiranyaksa merupakan pemuja Dewa Brahma yang taat, Hiranyaksa bertapa selama bertahun-tahun sehingga diberikan anugrah oleh Dewa Brahma. Ketika Dewa Brahma muncul dihadapannya, Hiranyaksa meminta anugrah.

“Aku puas dengan tapamu, anugrah apa yang kau inginkan Hiranyaksa?..” Tanya Dewa Brahma.
Dengan cepat Hiranyaksa menjawab “ Ya Dewa Brahma, anugrahi saya, saya tidak dapat dikalahkan oleh siapapun, Dewa maupun hewan-hewan ini…” Hiranyaksa menyebutkan beberapa binatang yang tidak dapat membunuhnya. Dewa Brahma mengangkat tangan dan menganugrahi Hiranyaksa.

Keangkuhan Hiranyaksa
Setelah mendapat anugrah dari Dewa Brahma,  seiring berjalanya waktu kekuatan Hirayaksa bertambah hebat, keabadian dan kekuatanya membuatnya menjadi angkuh dan menantang siapapun untuk melawannya. Hirayaksa mulai menyiksa manusia di bumi, kekuatanya bertambah hari demi hari membuat bumi bergetar jika Haranyaksa berjalan dan retak jika berteriak.  Tidak puas dengan itu Hirayaksa menantang berniat para Dewa di Nirwana.

hiranyaksa menenggelamkan bumi
hiranyaksa menenggelamkan bumi

Hiranyaksa Menenggelamkan Bumi
Hirayaksa berniat mengalahkan para Dewa di Nirwana mengatur siasat, Hirayaksa sadar bahwa kekuatan para Dewa juga bersumber dari bumi. Hirayksa kemudian memindahkan bumi dari porosnya sehingga tergelincir dan menenggelamkannya di lautan kosmik, samudra alam semesta bernama Garbhodaka.

Para Dewa kemudian meminta bantuan kepada Dewa Wisnu “ Dewa tolong selamatkan bumi, Hirayaksa telah mengambil bumi dan menenggelamkanya…”

Dewa Wisnu tersenyum "ini merupakan hukuman pertama untuk Jaya untuk mengakhiri kutukanya"


dewa wisnu menjadi awatara
dewa wisnu menjadi awatara

Dewa Wisnu Menjadi Varaha Awatara
Dewa Brahma – sang pencipta sedang bermeditasi, dari lubang hidung Dewa Brahma muncul wujud babi kecil yang segera bertambah tinggi dan besar, menandingi Hiranyaksa.

Inilah  Dewa Wisnu dalam manifestasinya sebagai Varaha Awatara, berkata, "Aku akan masuk ke dalam laut untuk mengangkat Ibu bumi." 

dvitiyam tu bhavayasya 
rasatala-Gatam Mahim 
uddharisyann upadatta 
yajnesah saukaram vapuh 
(SB 1.3.7)

"Untuk pembuatan dan untuk kesejahteraan bumi yang telah pergi ke daerah bawah dari alam semesta, penikmat tertinggi semua pengorbanan diterima inkarnasi keduanya sebagai babi hutan."
Di sini, Tuhan Varaha digambarkan sebagai renkarnasi kedua.

Di lain tempat Hiranyaksa menantang Dewa Varuna yaitu penguasa laut, Dewa Varuna yang sudah mengetahui bahwa dia akan kalah melawan Hiranyaksa mengatakan berkata, " Aku sudah menyerah karena saya terlalu tua. Anda bisa melawan Dewa Wisnu, Dewa yang terkuat,.. pergi cari dia. "

Hadirlah Sri Narada menengahi, Hiranyaksha bertanya, "Apakah Anda tahu keberadaan Dewa Wisnu?"

“Dewa Wisnu berada di laut menyelamatkan bumi dalam wujud Waraha Awatara” jawab Dewa Narada.

pertarungan varaha awatara dengan hiranyaksa
pertarungan varaha awatara dengan hiranyaksa
Pertarungan Sengit Varaha Awatara dan Hiranyaksa
Sementara Varaha Awatara baru saja mengangakat bumi, dengan gadingnya menaikan ke permukaan ke tempatnya semula. Hirayaksa yang bergegas pergi, ingin menantang Varaha Awatara.

“Kau ingin melawan Ku?..sekarang bumi telah kembali, mari kita lihat siapa yang lebih kuat??..kata Varaha Awatara.

“Nah, inilah pertarungan sesungguhnya'!!, kata Hiryanyaksha. Perkelahian mengerikan terjadi antara mereka. Hiranyaksa menampilkan kehebatannya dengan menggunakan gada dan trisula  terus menyerang Varaha awatara. Para dewa pun menyaksikan pertarungan yang mengerikan, berlangsung dari pagi sampai malam. 

Hiranyaksa mulai mencari-cari kelemahan dari musuhnya, tapi tidak menemukannya. Hiranyaksa sangat kelelahan dengan pertarungan ini, Hiranyaksa memandang tajam ke arah Varaha Awatara, tapi Hiranyaksa menyadari “babi ini memandangnya tidak seperti musuhnya” kemudian jauh dalam dirinya berkata “Ini adalah Narayana ... Dewaku ..Dewa saya yang telah datang seperti yang dijanjikan ... “

Dengan secepat kilat Chakra berputar ke arah Hiranyaksha menghancurkan semua senjata Hirayaksa, merasa terdesak Hiranyaksa melarikan diri yang kemudian dikejar oleh Viraha Awatara, ditenggelamkan ke dasar samudra dan ditusuk menggunakan taringnya, mengakhiri hidup dari Hiranyaksa.

yatrodyatah ksiti-taloddharanaya bibhrat 
kraudim Tanum Sakala-yajna-Mayim anantah 
antar-maharnava upagatam adi-daityam 
tam damstrayadrim iva vajra-dharo dadara 
(SB 2.7.1)

"Tuhan tanpa batas kuat diasumsikan bentuk babi hutan untuk menyelamatkan bumi dan menembus setan pertama Hiranyaksa dengan taring-Nya."


Di nafasnya yang terakhir, Hiranyaksa menyadari bahwa siapa yang berada di hadapnya Narayana..anda Narayana..Dewa saya…

Kamis, 14 April 2016

Dasha Awatar Wisnu

Om Swastyastu
Awatara atau Avatar di dalam Agama Hindu diyakini merupakan manifestasi atau perwujudan dari Tuhan yang turun ke dunia. Di dalam kitab Purana ditulis Dewa Wisnu turun ke dunia sebagai Awatara sebanyak sepuluh kali yang di sebut dengan Sepuluh Awatara (Dasha Awatara).

Dasa Awatara ini hadir di setiap jaman dan wujud yang berbeda-beda. Kehadiran Awatara ke dunia menandakan bahwa di dunia sedang terjadi ketidakstabilan antara Dharma (kebaikan) melawan Adharma (keburukan). 

Dasha Awatara
Dasha Awatara
Berikut ini penulis akan menceritakan sedikit tentang Dasa Awatara ini berdasarkan urutan awal munculnya Dasa Awatar:

Jaman Satya yuga
1. Matsya Awatara, sang ikan, muncul pada masa Satya yuga



4. Narasinga Awatara, manusia berkepala singa, muncul pada masa Satya yuga


Jaman Tetra yuga

5. Wamana Awatara, sang orang cebol, muncul pada masa Tetra yuga

6. Parasurama Awatara, sang Rama bersenjata kapak, muncul pada masa Tetra yuga

7. Rama Awatara, sang ksatria, muncul pada masa Tetra yuga


Jaman Dwapara Yuga

8. Krisna Awatara, muncul pada jaman Dwapara Yuga


Jaman Kali yuga

9. Buddha Awatara, Pangeran Siddharta Gautama, muncul pada masa Kali yuga

10. Kalki Awatara, sang pemusnah, yang dipercaya akan turun kedunia pada saat yang tepat yaitu pada masa Kali yuga.

Kemunculan Awatara di setiap jaman ini memiliki makna atau Filosofi tentang perkembangan dan keadaan jaman pada saat itu, misalkan seperti di:


Jaman Satyayuga

Jaman Satyayuga dimulai dengan munculnya Matsya Awatara dalam wujud ikan yang bermakna bahwa awal dari kehidupan ini adalah air.Kurma Awatara berwujud kura-kura yang bertanda munculnya hewan yang dapat hidup di darat ataupun laut (amfibi). Wahara Awatara berwujud babi hutan, merupakan wujud berkembangnya kehidupan di daratan, dan Narasinga Awatara, manusia berkepala singa yang bermakna mulainya evolusi manusia.


Jaman Tetra yuga

Di jaman Tertrayuga awatara yang pertama muncul adalah Wamana Awatara berwujud laki-laki pendek bertanda revolusi manusia yang belum sempurna. Parasurama Awatara berwujud manusia bersenjatakan kapak menandakan perkembangan manusia yang sudah sempurna. Dan Rama Awatara pertanda mulainya manusia membangun sebuah pemerintahan.


Jaman Dwapara Yuga

Dijaman Dwapara Yuga merupakan jaman diamana manusia mulai menjaga kesediaan pangan dengan revolusi di bidang pertanian.


Jaman Kali yuga

Budha Awatara merupakan Awatara yang turun ke dunia di jaman Kali Yuga ( jaman kegelapan) yang melambangkan pencerahaan dan kemajuan social, dan yang terakhir merupakan Kalki Awatara yang digambarkan sebagai penunggang kuda putih yang akan datang yang akan menghancurkan kegelapan, kejahatan, dan kebodohan. Ketika tumbuhan berhenti berbunga, pohon berhenti berbuah dan hujan yang turun tidak pada musimnya, maka di saat itu diyakini akan tiba akhir dari jaman Kali Yuga.

Trini chandamsi kavayo viyatire.
Puru upam darsatam visvacaksanam
Apo vata osadhayastani
Ekasmin bhuvana arpitani.
(Atharvaveda XVIII.I. 17).


Maksudnya: Orang bijaksana memelihara dan melindungi tiga benda yang utama menutupi alam semesta terutama bumi ini. Bentuknya berbeda-beda tetapi saling melengkapi. Tiga benda utama itu adalah air (apah), udara (vata) dan turnbuh-tumbuhan bahan makanan dan obat-obatan (ausadha). Tiga benda ini tersedia di setiap dunia sebagai sumber kehidupan.

…………………………………………………………………………………………….

Rabu, 13 April 2016

Kisah Bhamasura Dikalahkan Dewi Mohini

Di dalam kitab Wisnupurana tertulis kisah yang sangat terkenal yaitu kisah tentang Bhasmasura yang dibunuh oleh Dewi Mohini yang merupakan perwujudan dari Dewa Wisnu. Di cerita sebelumnya juga di sebutkan tentang keberadaan Dewi Mohini dalam merebut Tirta amerta di dalam kisah Pemutaran Gunung Mandara Giri.

Di dalam film Shiv Purana Bhamasura merupakan anak dari Sakuni, digambarkan sebagai Asura (raksasa yang berbadan besar tapi tidak terlalu pintar. Bhasmasura awalnya bernama Vrigasur setelah diberi kekuatan oleh Dewa Siwa dberi nama Bhamasura. Bhasmasura dengan kekuatan barunya ingin membunuh Dewa Siwa, selanjutnya apa yang dilakukan oleh Dewa Siwa untuk menghindari Bhamasura?? Kelanjutan ceritanya dapat dibaca di bawah ini.
Vrigasur Di Usir Dari Kerajaan

Di awal cerita terdapat Asura yang bernama Vrigasur yang ingin naik tahta menggantikan ayahnya menjadi raja. Vrigasur yang memaksakan kehendaknya, mengamuk di dalam istana, mengalahkan semua prajurit, namun dikalahkan oleh ayahnya sendiri Sakuni. Vrigasur yang sakit hati diusir oleh ayahnya, mengancam akan kembali dengan kekuatan yang tinggi untuk menguasai tahta kerajaan.

Vrigasur melakukan Tapa dan Pemujaan Kepada Dewa Siwa.

Vrigasur yang berambisi ingin memiliki kekuatan dan keabadian untuk menguasai kerajaan ayahnya bertanya kepada Sri Narada yang bijaksana bagaimana cara memperoleh kekuatan dan kehidupan yang abadi. Sri Narada memberikan petunjuk kepada Vrigasura untuk Dewa Siwa dapat mengabulkan keingginan Vrigasura dengan cara tapa dan pemujaan kepada Dewa Siwa maka akan dianugrahi.

Atas petunjuk Sri Narada, Vrigasur melakukan tapa dan pemujaan kepada Dewa Siwa di atas gunung Kailash yang bersalju. Setelah sekian lamanya melakukan tapa, Wrigasur tidak kuat dengan hawa dingin pegunungan kemudian berniat membakar beberapa daun untuk menghangatkan tubuh, dengan cuaca yang dingin dan bersalju mustahil daun dan ranting terbakar, dan ternyata daunnya terbakar!!. Vrigasur yang menyakini bahwa dirinya sudah sakti dan sudah di anugrahi dari Dewa Siwa, kemudian mencoba memotong tanganya untuk mencoba kekebalan tubuhnya, ternyata tubuhnya terpotong!!, Vrigasur berteriak kesakitan. Vrigasur yang sudah kehilangan tangannya ingin membunuh dirinya sendiri, karena tanpa tangan Vrigasur tidak dapat melakukan apa-apa.

Dewa Siwa yang menyaksikan kejadian ini kemudian mendatangi Vrigasur dan memberitahukan bahwa tapa dan pemujaan Vrigasur sangat memuaskan sehingga Vrigasur diberikan permintaan untuk dikabulkan, sebelumnya Dewa Siwa mengembalikan tangan Vrigasur kembali seperti semula.

Anugrah Untuk Bhamasura
Vrigasur mengajukan permintaan kepada Dewa Siwa untuk kehidupan yang abadi, Dewa Siwa tidak dapat mengabulkan permintaan Vrigasura karena setiap yang hidup tidak akan lepas dari hukum alam. Vrigasura pun meminta permintaan yang lain.

Apa yang kamu inginkan Vrigasur??tanya Dewa Siwa lagi.
saya perlu untuk menjadi kuat ... lebih kuat dari ... Bhasmasura terdiam menatap Dewa Siwa...
Dewa jika saya menyentuh kepala siapa pun, mereka harus menjadi abu ... "kata Bhasmasura lebih cepat.

Dewa Siwa mengangkat tangan dan permintaan Vrigasur pun dikabulkan, karena kekuatanya yang baru maka Vrigasura diberi nama Bhama (abu) yang menjadi Bhamasura. Kemudian Dewa Siwa pergi menghilang.

Keangkuhan Bhamasura

Vrigasur yang berubah nama menjadi Bhasmasura dengan kekuatanya menjadi angkuh dan sombong, Bhasmasura bergegas menuju ke kerajaan ayahnya untuk mencoba merebut kembali kerajaan. Di dalam perjalanan Bhamasura membakar semua yang ditemuinya, binatang, tumbuh-tumbuhan dan manusia dibakar menjadi abu oleh Bhamasura.

Sampai di kerajaan, Bhasmasura bertemu dengan ayahnya, Bhasmasura yang dendam dan berambisi merebut kerajaan, membakar Raja Sakuni ayahnya sendiri sehingga Bhasmasura naik tahta dan menjadi Raja.

Bhasmasura yang kini menjadi raja tidak cepat puas denga hal itu, Bhasmasura berkeinginan untuk menguasai alam semesta dan alam para Dewa. kemudian Bhasmasura pergi Kailash mendatangi Dewa Siwa, untuk memenuhi keinginanya tersebut. Sampai di Kailash, Bhasmasura terpesona melihat kecantikan Dewi Parwati. Bhasmasura yang terbuai dengan kecantikan Dewi Parwati berniat menguasai Kailash untuk mendapatkan Dewi parwati.

Hal ini membuat Dewa Siwa marah, tetapi anugrah yang diberikan, membuat Dewa Siwa tidak dapat berkutik. Bhasmasura yang berniat membakar Dewa Siwa, berusaha meletakkan tanganya di atas kepala Dewa Siwa. Dewa siwa yang menyadari kesalahanya dalam memberi anugrah kepada Bhasmasura, hanya bisa berlari menghindarinya.

selanjutnya apa yang dilakukan Dewa Siwa untuk mengindari kematian dari Bhasmasura?? simak kelanjutanya

Kekacauan ini disaksikan oleh Dewa Wisnu dari Nirwana, dan untuk menyelamatkan Dewa Siwa, Dewa Wisnu merubah wujudnya kembali menjadi Mohini seorang gadis muda yang cantik dan turun ke dunia.

Di dalam pengejaranya mengejar Dewa Siwa, Bhasmasura berhenti, Bhasmasura terposana dengan Dewi Mohini sehingga lupa akan keingginanya membunuh dewa Siwa. Bhasmasura mencoba merayu Dewi Mohini dan meminta Dewi untuk menikah denganya.

"Saya seorang penari Bhasmasura. Ketika saya masih muda saya berjanji bahwa saya hanya akan menikah dengan pria yang bisa menari sebaik saya” kata Dewi Mohini. Bhasmasura yang tidak tahu tentang tarian apapun, berjanji untuk belajar menari untuk mendapatkan cintanya.

Mohini mulai mengajar Bhasmasura menari, Bhasmasura sangat bersemangat dan mengikuti semua gerakan dari Dewi Mohini. Dewi Mohini pun membuat gerakan yang berakhir dengan tangan berada di atas kepalanya. Tanpa berpikir Bhasmasura melakukan hal yang sama!

Lupa dengan anugrah Dewa Siwa, Bhasmasura pun terbakar menjadi tumpukan bhasma (abu). Mohini kemudian merubah wujud kembali menjadi Dewa Wisnu, Dewa Siwa bersama Dewi Parwati pun datang dan mengucapkan terima kasih kepada Dewa Wisnu. Dewa Siwa kembali ke Kailash bersama dengan Dewa Wisnu ke Nirwana.

Murkhastu parihartavyah
Pratyakso dvipadah pasuh
Bhinatti vakyasulyena
Adrsyam kantakam yatha

Artinya : Menjauhlah dari orang bodoh jahat dalam rupa binatang berkaki dua. Bagaikan duri tidak kelihatan ia menusuk dengan pisau tajam kata-katanya.

Senin, 11 April 2016

Kisah Pemutaran Gunung Mandara Giri

Kisah pemutaran Gunung Mandara Giri merupakan kisah terkenal yang sering diceritakan dalam film atau buku. Kisah yang sangat menarik, dari filmnya dibuatkan beberapa seri dari generasi ke generasi sehingga filmnya pun tidak bosan-bosanya untuk ditonton. Berikut ini penulis akan menceritakan kembali kisah Samudra Manthan yang diambil dalam film Shiv Mahapuran, selengkapnya.

pengadukan samudra
pengadukan samudra

Penghinaan Dewa Indra kepada Rsi Durwasa.
Dimulai dari Sang Rsi Durwasa yang merupakan seorang pertapa suci yang dikenal dengan sifatnya yang sangat mudah marah dan sering mengutuk. Kutukan dari Rsi Durwasa dikenal dengan Shapa atau kutukan yang menghancurkan. Para manusi dan Dewa menghormati Rsi Durwasa untuk menghindari kutukanya.

Dewa Siwa meminta Rsi Durwasa menguji ke-egoisan Dewa Indra pemimpin para Dewa yang sedang dalam masa kemakmuran dan kejayaan. Rsi Durwasa pun mengambil wujud sebagai seorang pengemis yang kotor dan bau untuk menemui Dewa Indra.
Di dalam perjalanan Rsi Durwasa bertemu dengan Bidadari yang membawa karangan bunga, kemudian meminta karangan bunga tersebut. Bidadari mengetahui bahwa pengemis ini merupakan wujud Rsi Durwasa kemudian memberikan karangan bunga tersebut, dan pengemis melanjutkan perjalanannya.

Kutukan Rsi Durwasa
Di tengah perjalanan bertemulah dengan Dewa Indra dan memberikan karangan bunga. Dewa Indra menerima karangan bunga dan meletakkanya di gading Gajah Airawata. Gajah Airawata yang terganggu dengan bau bunga itu kemudian melempar bunga dan menginjak-injak dengan kakinya.
Melihat hal tersebut pengemis itu kemudian merubah wujudnya menjadi Rsi Durwasa, kemudian mengutuk Dewa Indra, kutukanya adalah semua kekuatan dan kemakmuran Dewa Indra akan Lenyap seketika. Dewa Indra pun terkejut tetapi Rsi Durwasa sudah pergi meninggalkanya.

Karena kekuatannya sudah hilang Dewa Indra pun takut jika Mahabali atau Bali yang merupakan Raja para Asura (raksasa) menyerang Nirwana maka Dewa Indra meminta bantuan kepada Dewa Wisnu.

Rencana Dewa Wisnu.
Kedatangan Dewa Indra yang sudah diketahui Dewa Wisnu dan menyampaikan kepada Dewa Indra bahwa, kekuatan dan keabadian para Dewa akan kembali setelah meminum Tirta Amerta yang berada di Ksheerasagara (Samudra Susu) dan bisa didapat dengan cara mengaduk samudra tersebut. Para Dewa yang tidak mampu mengaduk samudra disarankan oleh Dewa Wisnu untuk bekerja sama dengan para Asura untuk mengaduk samudra, dan Dewa Wisnu berjanji bahwa Tirta Amerta tidak akan jatuh ketangan para Asura.

Dewa Indra mendatangi Mahabali untuk melakukan perdamaian dan bekerja sama mengaduk samudra, nantinya dari samudra akan keluar harta yang dapat dibagi-bagikan. Mahabali pemimpin dari Asura menyanggupi dan ikut dalam pengadukan samudra.

Bagaimana cara para Dewa dan Asura menyelesaikan tugas ini?? Selanjutnya Dewa siwa akan meminum racun yang keluar keluar dari pengadukan Samudra. baca ceritanya di Kisah Leher Biru Dewa Siwa Nilankanta. 


BAB V Sloka 10.
Anyatha vedapandityam
Sastramacaramanyatha
Anyatha vadanacchantam
Lokah klisyanti canyatha.

Artinya : Meremehkan kebijaksanaan ajaran Veda, menghina tingkah laku/kegiatan yang sesuai dengan ajaran-ajaran sastra/Veda, menjelekan orang yang selalu berkata-kata lembut bijaksana, tidak lain lagi inilah yang menyebabkan kekalutan dunia.

Sabtu, 09 April 2016

Kisah Kala Rau Di Nirwana

Di cerita sebelumnya yaitu Dewa Wisnu dalam wujud Mahoni, Dewa Wisnu menjelma menjadi gadis cantik dan menawan yaitu Mohini yng berhasil menipu para Asura, sehingga Tirta Amerta didapat kembali dan dibawa pergi ke Nirwana. Para Asura yang merasa telah ditipu oleh para Dewa mengutus Kala Rau untuk pergi ke Nirwana.


dewa wisnu memotong leher kala rau
ilustrasi dewa wisnu 

Cakra Sudarsana Memutuskan Leher Kala Rau
Selanjutnya di Nirwana Kala Rau melihat Dewi Mohini sedang membagi-bagikan Tirta amerta kepada para Dewa, kemudian Kala Rau merubah wujudnya dan menyamar menjadi Dewa. Pada saat pembagian Tirta Amerta, Kala Rau yang tidak sabar memotong barisan para Dewa sehingga penyamarannya diketahui oleh Dewa Surya ( Dewa Matahari) dan Dewa Chandra ( Dewa Bulan). 

Seketika Dewi Mohini merubah wujudnya menjadi Dewa Wisnu, Kala Rau yang ketakutan berlari menjauh dari Dewa Wisnu kemudian meminum Tirta Amerta, dengan cepat Dewa Wisnu melepaskan Cakra sudarsana yang berbentuk cakram dengan 108 gerigi yang akhirnya memotong kepala dari Kala Rau dan terpisah dengan badanya.


Planet Kala Rau Dalam Veda
Kala Rau Tidak mati!! Kalarau masih hidup tapi dengan badan dan kepala yang terpisah. Kini kepala Kala Rahu dinamakan Rahu sedangkan badannya dinamakan Ketu dan bersifat abadi, Dewa Wisnu kemudian menempatkan Rahu dan Ketu ini sebagai planet di angkasa.

planet kala rau
planet kala rau

Di dalam Jyostika ( ilmu astronomi dan kosmologi veda) menyebutkan bahwa ada Sembilan planet atau Nawagraha yang mengelilingi bumi diantaranya yaitu; Aditya (Matahari), Candra (Bulan), Manggala (Mars), Budha (Merkurius), Brhaspati (Yupiter), Sukra (Venus), Sani (Saturnus), Rahu (simpul naik), dan Ketu (simpul turun).

Dendam Abadi Kala Rau
Terbongkarnya siasat dan penyamaran Kala Rau oleh Dewa Surya dan Dewa Candra yang berakibat pada terpenggalnya leher Kala Rau membuatnya menjadi dendam. Dewa Surya dan Dewa Candra akan menghadi konsekuensi dimana setiap ada kesempatan Kala Rau akan mencoba menelan Dewa Surya (Dewa Matahari) dan Dewa Candra sehingga membuat seluruh alam semesta akan jatuh dalam kegelapan. Hal ini disebut dengan Gerhana Matahari dan Gerhana Bulan. 

Dewa Candra dan Dewa Surya yang ketakutan dengan hal itu, Dewa Candra dan Dewa Surya meminta pertolongan kepada Dewa Wisnu. Dewa Wisnu menenangkan kedua Dewa tersebut, dan memastikan bahwa Kala Rau tidak akan dapat menelan Dewa Candra dan Dewa Surya.

Inilah yang sampai sekarang ini diyakini bahwa, setiap terjadi gerhana matahari dan bulan maka saat itu Kala Rau membalaskan dendamnya mencoba menelan matahari dan bulan.

Sampai disini cerita Pemutaran Gunung Mandara Giri, sumber dan alur cerita penulis di adaptasi berdasarkan cerita dan website berbahasa india. jika ada kesalahan tentang alur, penulisan nama dan tokoh penulis minta maaf.
Om Shanty, Shanty, Shanty, Om

BAB V Sloka 11.
Daridraya-nasanam danam
Silam durgati-nasanam
Ajnana-nasim prajnya
Bhavana bhaya-nasini.

Artinya : Kedermawanan menghapuskan kemiskinan, perbuatan yang baik menghilangkan kemalangan kecerdasan rohani menghapuskan kegelapan/kebodohan, dan bhaya atau rasa takut bisa dihilangkan dengan merenungkannya baik-baik.



Jumat, 08 April 2016

Dewa Wisnu Dalam Wujud Mohini Kisah Pemutaran Mandara Giri

Om Swastyastu
Berdasarkan kepercayaan Hindu, Mohini merupakan manifestasi dari Dewa wisnu yang mengambil wujud sebagai gadis cantik dan menawan. Mohini di dalam bahasa Sanskerta memiliki makna bunga melati.

Selain di dalam cerita Pemutara Gunung Mandara Giri, Mohini juga terdapat dalam Kisah lain. Di dalam kitab Wisnupurana, secara garis besar diceritakan terdapat seorang petapa yang bernama Bhasmasura. Basmasura yang diberikan kesaktian oleh Dewa Siwa karena puas dengan tapanya. Bhasmasura yang menginginkan sentuhan maut dimana jika Bhasmasura meletakan tangan di atas kepala yang dsentuhnya maka akan menjadi abu.

Permintaan Bhasmasura pun dikabulkan, karena sudah memiliki kekuatan yang hebat bhasmasura yang sebenarnya adalah seorang Asura berniat untuk membunuh Dewa Siwa. Dewa Siwa lari mengindari tangan dari Bhasmasura, kelanjutan ceritanya bisa dibaca disini.

baca juga: Bhasmasura di Kalahkan Dewi Mohimini

dewa wisnu dalam wujud mohini
dewa wisnu dalam wujud mohini

Dewa Wisnu Dalam Wujud Mohini
Di cerita sebelumnya, semua Ratna atau harta keluar dari samudra di bagikan kepada para Dewa dan Asura, tetapi para asura merebut Tirta Amerta yang dibawa oleh Dewa Dhanwantari. Kejadian ini membuat para Dewa resah dan meminta pertolongan kepada Dewa Wisnu.

Untuk menolong para Dewa, Dewa Wisnu merubah wujudnya menjadi gadis cantik dan menawan bernama Mohini. Dewa Wisnu yang dalam wujud Mohini datang ke pada para Asura yang sedang berpesta. Mohini kemudian bergabung bersama para Asura untuk berpesta pora. Mengaku sebagai Apsara, Mohini menuangkan minuman secara bergantian kepada para Asura sehingga membuat mabuk dan tidak sadar. Dengan kesempatan ini kemudian Tirta Amerta diambil dibawa ke Nirwana untuk dibagikan ke para Dewa.

Para Asura yang tersadar dengan siasat ini kemudian Sang Wipracitti dan Singhikan memerintahkan putranya yaitu Kalarau untuk merubah wujudnya menjadi Dewa dan pergi ke Nirwana untuk berbaur dengan para Dewa untuk mendapat bagian Tirta Amerta itu kembali.

Sampai di Nirwana Kalarau yang dalam wujud Dewa ikut dalam barisan untuk mengantri mendapatkan Tirta amerta. Kalarau yang tidak sabar menunggu giliran lalu melakukan hal yang licik dan di ketahui oleh para Dewa.

Selanjutnya, Kalarau yang penyamaranya diketahui oleh para Dewa dihukum oleh Dewa Wisnu sehingga terjadilah permusuhan antara Dewa Matahari dan Bulan yang berakibat pada terjadinya gerhana matahari dan gerhana bulan. kisah selanjutnya dapat dibaca dalam Kisah Kalarau Di Nirwana

Tirta Amerta Pemutaran Mandara Giri

OM Swastyastu.

Dilanjutkan dari cerita sebelumnya setelah Dewa Siwa meminum racun Halahala yang keluar dari pemutaran Gunung Mandara Giri sehingga membuat Dewa Siwa  dijuluki sebagai Siwa Nilakantha. Dari pengadukan gunung ini kemudian keluar Ratna atau harta dan permata yang ini berupa Dewa-Dewi, Binatang, Harta Benda dan Tirta Amerta.

Harta ini kemudian dibagikan secara adil bersama para dewa dan Asura. Dimana harta yang keluar dan didapat oleh para Dewa dan Asura yaitu:

Harta yang muncul secara berturut-turut dimulai dari:

Kamadhenu
Kamadhenu

1. Kamadhenu Ibu Dari Semua Sapi 

Kamadhenu diambil oleh Dewa Wisnu kemudian diberikan kepada para Rsi atau pendeta suci untuk dimamfaatkan susu dan menteganya. Kamadhenu atau di sebut juga Surabhi merupakan sapi yang merupakan ibu dari semua sapi. Sapi ini merupakan sapi yang dapat mengabulkan keingginan. Sapi Kamadhenu digambarkan dengan seekor sapi putih yang berkepala perempuan dan memiliki payudara. Sapi di dalam Agama Hindu merupakan binatang yang dihormati karena merupakan perwujudan dari Kamadhenu.

2. Kuda berkepala tujuh Uccaihsrawa.

Kuda Uccaihsrawa diberikan kepada Asura. Uccaihsrawa dalam bahasa Sanskerta berarti ringkikan nyaring. Di dalam Bhagawadgita disebutkan bahwa kuda uccaihsrawa merupakan kuda yang paling utama di antara jenis kuda yang lainya. Kuda Uccaihsrawa merupakan seekor kuda putih yang memiliki kepala tujuh yang dimiliki oleh Dewa Indra. Kuda ini berwana putih cerah dengan ekor yang berwana hitam pekat.

Ariwata
Ariwata

3. Ariwata Gajah Penjaga Alam Semesta

Ariwata atau disebut juga Erawan merupakan putra dari Irawati salah satu dari puteri Daksa. Ariwata merupakan kendaraan dari Dewa Indra yang membawa Bajra, Ariwata ini merupakan pemimpin dari para gajah. Ariwata di gambarkan sebagai gajah yang memiliki tiga kepala.

4. Kaustubha permata yang bersinar.

Ini merupakan kesadaran murni bersinar dalam segala manifestasinya bercahaya nya . Hal itu dikatakan oleh Dewa Shiva bahwa tak seorang pun di alam semesta kecuali Dewa Wisnu mendapat kecemerlangan dan kemegahan ini. Kautsubha ini kemudian dikenakan di Mahkota Dewa Wisnu.

5. Chandra Bulan Yang Bersinar

Candra merupakan bulan yang berbentuk sabit diberikan kepada Dewa Siwa kemudian dikenakan di kepalanya.

6. Kalpawreksa Pohon Pengabul Permintaan

Kalpawreksa atau kalpataru di dalam mitologi disebut sebagai pohon yang dapat mengabulkan permintaan. Jika di India pohon kalpawreksa ini disamakan dengan pohon kelapa, karena sangat berguna dan menyediakan berbagai macam kebutuhan manusia mulai dari kayu, daun, air dan juga akarnya semua dapat dimamfaatkan.

Pohon Kalpawreksa ini pernah mengabulkan permintaan Dewi Parwati untuk memiliki seorang anak perempuan yang cantik bernama Asokasundari yang lahir dari pohon ini. Kelanjutan ceritanya klik dibawah ini.

7. Apsara Atau Bidadari Kahyangan

Apsara merupakan bidadari atau Vidyadhari dalam bahasa Sanskerta yang berarti perempuan atau wanita yang tinggal di kahyangan atau surga. Apsara yang didapat seperti Rambha, Menaka, Punjisthala, Urwasi, Tilotama, dan lain-lain. Para Apsara memilih para Dewa sebagai pasanganya masing-masing.

Di dalam Regweda di jelaskan bahwa bidadari merupakan istri dari seorang bidadara. Banyak di dalam sastra Hindu menyatakan bidadari banyak berada sebagai dayang-dayang atau penari di kahyangan. Di dalam cerita rakyat indonesia, sering diceritakan bahwa bidadari ditugaskan untuk menguji batin para petapa.

Dewi Laksmi
Dewi Laksmi

8. Dewi Laksmi diterima oleh Dewa Wisnu.

Di dalam kitab dijelaskan bahwa Dewi Laksmi merupakan dewi kekayaan,kesuburan, kemakmuran, keberuntungan, kecantikan, keadilan, dan kebijaksanaan. Dewi Laksmi sakti dari Dewa Wisnu, di setiap manivestasi Dewa Wisnu ke dunia selalu didampingi oleh Dewi Laksmi seperti penjelmaan menjadi Rama dan Shinta, atau Krisna dan Rukmini.

9. Dewi Waruni Atau Sura pencipta minuman memabukan.

Dewi Sura diterima oleh para Asura atau Raksasa.

10. Dewa Dhanwantari membawa Thirta Amerta.

Di dalam kitab Weda dan Purana, Dewa Dhanwantari merupakan ahli pengobatan yang bertugas mengobati para Dewa.

Tirta Amerta Dikuasai Oleh Para Asura

Kemunculan Tirta ini dinantikan oleh para Dewa dan asura. Dewa Dhanwantari yang keluar dari samudra dikejar oleh para Dewa dan Asura saling berebut Tirta Amerta, Kendi Tirta Amerta terlepas dari tangan Dewa Dhanwantari dan berhasil direbut oleh para Asura. Para Asura yang tidak sabar dan saling berebut meminum Tirta Amerta menjatuhkan beberapa tetes Thirta Amerta yaitu di empat tempat yaitu Allahabad atau Prayag (Uttar Pradesh), Haridwar (Uttrakhand), Ujjain (Madhya Pradesh) dan Nasik (Maharashtra).

Maka di setiap 12 tahun sekali, masyarakat umat Hindu di India merayakan Kumbha Mela. Kumbha Mela merupakan perayaan pembersihan diri dengan cara mandi di keempat tempat tesebut.

Dewa Wisnu menjadi Dewi  Mohoni 

Para Dewa yang panik karena Tirta Amerta diambil oleh para Asura kemudian meminta bantuan kepada Dewa Wisnu untuk mengambil Tirta itu kembali. Demi menolong para Dewa, Dewa wisnu merubah wujudnya menjadi Dewi cantik dan menawan Mohoni.

Cerita selanjutnya: Dewa Wisnu Dalam Wujud Dewi Mohoni Menipu Para Asura